Pages

DR. Zakir Naik : Al-Qur'an VS Injil

Rabu, 26 Februari 2014

BAB I MEMILIH SEBUAH JALAN HIDUP


Bermula dari perkenalan antara dua hati yang berbeda jenis, mereka saling menjajaki untuk bisa hidup berdua nantinya, entah kapan hal itu akan terjadi, itupun jika tuhan menghendaki. Sebuah proses kemudian berjalan seiring berjalannya sang waktu. Mereka menjalin cinta ada yang karena pandangan pertama, namun ada juga karena lewat sebuah perkenalan yang cukup lama, yang semula hanya berkawan biasa, lama kelamaan berubah menjadi simpati dan akhirnya jatuh cinta. Cinta itu memang unik dan antik, terkadang benci dan dilain waktu timbul rindu. Bak sebuah lagu, benci tapi rindu. Sebuah pilihan hidup harus dilakukan dan ditentukan, baik itu pilihan yang sulit maupun yang rumit; pokoknya harus ada pilihan.
Sebagai makhluk hidup sudah barang tentu harus mengikuti sunatullah, sebagai tuntunan dalam mengarungi hidup yang penuh perjuangan. Tuntunan itu berupa ajaran agama, yang berupa perintah dan larangan, sehingga setiap diri terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Sunatullah yang berlaku bagi umat manusia adalah tali perkawinan. Ikatan dua hati antara dua makhluk hidup yang berlainan jenis, perempuan dan lelaki, yang membentuk sebuah keluarga, yang sudah barang tentu sebuah keluarga yang mawaddah warohmah, penuh siraman kasih sayang dan ridho illahi robbi.
Bahtera rumah tangga yang direncanakan tentunya sebuah rumah tangga yang bahagia, aman dan tentram, yang diliputi keberkahan, cinta kasih, rasa saling memliki, rasa saling menjaga perasaan pasangan, rasa saling menghormati, dan sebagianya.
Jika sang ‘nakhoda’ piawai dalam mengemudikan perahu layarnya, niscaya penumpangnya akan selamat sampai tujuan, namun bila sang ‘nakhoda’ tidak piawai, kemungkinan karam atau kandas bisa terjadi, maka kehati-hatian dalam mengemudikan kapalnya sang ‘nakhoda’ wajib mengetahui dan memahami rambu-rambu, seperti tutur kata yang baik dan santun, bijak, jujur, setia, dan sebagainya.
Suami yang menjadi kepala rumah tangga bisa disebut sebagai direktur, sdangkan isteri bisa disebut sebagai ‘bendahara’ atau ‘menteri keuangan’ dalam sebuah lembaga kenegaraan. Sebagai ‘menteri keuangan’, isteri harus bijak mengatur pengeluaran atau belanja dari uang yang diserahkan oleh suami, agar manfaat yang maksimal bisa diperoleh. Harga barang yang melonjak isteri harus melaporkannya kepada ‘sang komandan’ atau murahnya harga barang yang diperoleh, suami juga perlu mengetahuinya. Pokoknya segala aktivitas apapun harus melalui musyawarah dan mufakat. Jangan sebagai isteri melakukan pengeluaran tanpa memberitahukan atau melaporkan keapada suaminya; apalagi ketika uang itu akan diberikan ke ‘pihak lain’ (adik, kakak maupun orangtua), supaya terhindar dari percekcokan.
Suami di rumah ketika pulang dari bekerja mendapatkan isterinya bermuka masam atau tidak menegur dengan sepatah katapun, akan berakibat suami tanda tanya, ada apa gerangan dengan isteriku tercinta?
Itulah sekilas peristiwa dalam keluarga, yang akan dibahas lebih dalam uraian selanjutnya.
Mempersiapkan Diri Sebelum Perkawinan
Ketika diri akan menikah dengan calon pasangan yang diidamkan, adakah kita mempersiapkan diri jauh-jauh hari untuk menyongsong hari yang sangat penting dalam hidup kita? Mungkinkah melakukan persiapan itu penting? Lalu, persiapan apa saja yang harus kita lakukan?
Sangat sederhana dan tidak rumit, kalau kita memang menganggap perlu segala sesuatunya guna menyongsong ‘hari bahagia’ itu. Bagi pasangan yang menginginkan melakukan persiapan, penulis memberi tips atau resep yang dimaksud.
Ada tiga hal yang harus dipersiapkan, yakni mempersiapkan uang atau dana. Sebagai bekal untuk melamar sampai merayakan pesta pernikahan dan akhirnya biaya untuk hidup selanjutnya. Kedua, mempersiapkan diri secara fisik, agar senantiasa sehat wal afiat. Hal ini sangat penting, karena jika sudah menikah, kita tentu akan melayani suami atau isteri kita, baik dalam kegiatan sehari-hari; apalagi ketika suami atau isteri kita menginginkan hubungan intim atau hubungan sex. Apakah kita rela, kalau kondisi badan kita dalam keadaan tidak sehat atau fit, atau bisakah pelayanan kita maksimal terhadap pasangan kita, ketika kita memang sedang sakit-katakanlah sedang sakit ringan berupa flue atau selesma, atau hanya sekedar lelah sehabis bekerja. Kesehatan itu perlu dan sangat perlu, maka jadikanlah itu perhatian yang utama, karena itu sarat mutlak dalam setiap aktivitas rutinitas atau kesaharian kita. Ketiga, mempersiapkan diri secara mental, artinya adalah, ketika dalam masa-masa sulit kita bisa mengukur kemampuan kita, kita bisa menyelesaikan persoalan apapun yang membelenggu diri kita. Hadapilah semuanya dengan kesabaran dan keikhlasan, niscaya kita berhasil mengatasi persoalan yang datang dalam bentuk apapun juga.
Itulah tiga tips yang dapat dimanfaatkan pleh setiap calon pasangan yang hendak menikah, agar setelah mengetahui tiga hal penting ini, segera dapat mewujudkannya dalam setiap tindakan yang akan diambil.
Mencita-citakan Hidup Rumah Tangga yang Harmonis
Setiap insan yang mengikuti sunatullah, yakni menikah secara aturan agama dan norma umum, pasti menginginkan kehidupan rumah tangganya harmonis. Hanya saja cara masing-masing orang melakukannya memiliki kiat-kiat tersendiri.
Ada yang menginginkan memiliki anak hanya dua orang saja, ada yang menginginkan memiliki anak lebih dari dua orang, baik laki-laki maupun perempuan, bahkan ada yang berapapun terserah yang maha kuasa memberinya, asal yang terpenting mempunyai keturunan; apalagi keturunan itu sehat wal afiat.
Kemudian ada yang mengidam-idamkan mempunyai rumah sendiri dan dari hasil keringat sendiri, begitu juga ada yang berharap dapat memiliki sebuah villa yang mewah nan megah. Begitu banyak harapan-harapan dari setiap insan dalam mengarungi bahtera rumah tangga, bila kelak sudah berkeluarga.
Rumah tangga yang harmonis harus dijalin dengan komunikasi timbal balik, saling memberikan yang terbaik bagi pasangannya, seperti saling mencintai, saling menyayamgi, saling menghargai, saling memberi dan menerima; setia, jujur, menjaga kehormatan diri dan pasangan, dan sebagainya.
Seorang isteri ingin dihargai dalam mengajukan pendapatnya, sesuai juga dengan keinginan suami yang ingin dihargai pendapatnya oleh sang isteri. Mendengar semua perkataan isteri akan apa yang dimaksud, dan jangan memotong sebelum kalimatnya selesai atau habis, begitupun suami sebaliknya. Mendengar barang sejenak tak ada salahnya, agar pasangan kita tidak timbul emosi. Jagalah perasaan pasangan kita, kendati ada keinginan yang juga perlu di dengar; biarkan yang diungkapkan itu dapat ditangkap maknanya. Namun, seandainya tidak dimenegerti, tanyakan apa maksud perkataannya.
Jika semua hal itu dilakukan dengan perasaan ‘legowo’ atau ikhlas, niscaya akan damai-damai saja. Niat yang baik serta didukung dengan keikhlasan, memiliki arti yang sangat penting dalam menjalin kasih sayang antar pasangan. Jika keikhlasan senantiasa tertanam dalam hidup kita, niscaya amalan itu akan berbuah atau bernilai ibadah.
Memahami Calon Pasangan/Pasangan
Sebelum menikah, ada baiknya mempelajari watak atau karakter calon pasangan, begitupun setelah menikah, tak ada salahnya memahami pasangan, apa yang diinginkan oleh pasangan kita, tak perlu berhenti untu memahaminya.
Ketika berpacaran, sesungguhnya disinilah kesempatan kita untuk mengetahui latar belakang dirinya, juga latar belakang keluarganya. Belajar, belajar dan belajar, belajar memahami lingkungan keluarganya, sifat-sifat buruk dan sifat-sifat baik yang melekat pada dirinya. Beruntung bila kita menemui banyak sifat-sifat baik, akan tetapi seandainya kita mengetahui sifat-sifat buruknya, tak ada salahnya kita berusaha untuk mengantisipasi dan berusaha memberitahukan perilaku buruknya, dengan memohon untuk merubahnya, agar tidak merugikan diri sendiri dan juga orang lain.
Kepribadian seorang lelaki jelas berbeda dengan kepribadian seorang wanita.
Mengenal karakter wanita menurut As-Sunnah adalah seperti yang disebutkan:
??????
Perbedaan yang ada jangan dijadikan penghalang atau penghambat hubungan kasih asamara, sepanjang itu bukan perbedaan dalam hal keyakinan atau agama yang dianut oleh masing-masing pihak. Dalam hal ini tentu akan membawa konsekuensi yang cukup rumit atau sulit untuk dipecahkan, terutama menyanglkut pembagian hak waris, hak perwalian anak serta hak asuh atas anak.
Kalau Cuma perbedaan penghasilan, itu hal yang lumrah, karena biasanya pihak lelaki itu lebih besar penghasilannya, namun di pihak perempuan pun ada yang memiliki kemampuan ekonomi yang tak terbatas, seperti wanita karier pada umumnya.
Intinya memahami pasangan dengan kondisi yang ada, bukanlah yang harus dijadikan persoalan yang tidak dapat diselesaikan, jika itu dutempuh dengan jalan musyawarah, niscaya akan ditemui kesamaan pandangan.
Memahami calon pasangan dari sisi yang lain adalah dengan cara mengetahui latar belakang keluarganya atau lingkungan teman-temannya
Dalam tradisi masyarakat Jawa berlaku ketentuan bahwa pertalian jodoh dilihat dari tiga aspek, yakni aspek ‘Bibit’ (Keturunan), aspek ‘Bebet’ (Kecderdasan/keilmuan) dan aspek ‘Bobot’ (Kekayaan). Namun dalam Islam hal ini tentu tidak demikian, karena yang ada adalah dilihat dari aspek ‘Keimanan’ atau ‘Keagamaan’ bukan aspek kedudukan, kepangkatan atau apalagi aspek kecantikan atau ketampanan (kesemuanya ini termasuk unsur keduniaan).
Mengungkapkan Perasaan
Ketika seseorang sedang jatuh cinta, bunga-bunga seperti bermekaran mengitari dirinya; apalagi tatkala sang kekasih ada disampingnya, betapa senang hatinya. Hidupnya penuh bunga. Namun ia tak dapat mengungkapkan perasaannya terhadap kekasihnya itu, karena rasa gugup dan atau kurang percaya diri yang seharusnya tidak terjadi. Mengungkapkan perasaan kepada kekasih diperlukan keberanian, kalau cinta itu sudah ada di dalam hatinya. Bukan hanya dipendam.
Hal sekecil ini mestinya dapat dilalui dengan aman, tanpa kendala apapun. Masa harus orang lain yang menyampaikan isi hati kita. Lucu bukan !
Ketika gayung bersambut maka komunikasi pun terus berlanjut. Cinta pun melekat di hati. Sang kekasih tak kan pergi.
 Abu Hurairah z berkata, “Sungguh Rasulullah n pernah bersabda:
اسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا، فَإِنَّ الْمَرْأَةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلْعٍ، وَإِنَّ أَعْوَجَ شَيْءٍ فِي الضِّلَعِ أَعْلاَهُ، فَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيْمُهُ كَسَرْتَهُ وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ أَعْوَجَ، فَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ
“Berwasiatlah kalian dengan kebaikan kepada para wanita (para istri) karena wanita itu diciptakan dari tulang rusuk, dan sungguh tulang rusuk yang paling bengkok adalah bagian atasnya. Bila engkau berupaya meluruskannya, engkau akan mematahkannya[4]. Namun bila engkau biarkan ia akan terus-menerus bengkok, maka berwasiatlah dengan kebaikan kepada para wanita.” (HR. Al-Bukhari no. 3331 dan Muslim no. 3632)
Dalam satu riwayat Al-Imam Al-Bukhari (no. 5184):
الْمَرْأَةُ كَالضِّلَعِ، إِنْ أَقَمْتَهَا كَسَرْتَهَا وَإِنِ اسْتَمْتَعْتَ بِهَا اسْتَمْتَعْتَ بِهَا وَفِيْهَا عِوَجٌ
“Wanita itu seperti tulang rusuk, jika engkau meluruskannya engkau akan mematahkannya. Jika engkau bernikmat-nikmat dengannya engkau bisa melakukannya, namun padanya ada kebengkokan.”
Dalam satu riwayat Al-Imam Muslim (no. 3631):
إِنَّ الْمَرْأَةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ، لَنْ تَسْتَقِيْمَ لَكَ عَلَى طَرِيْقٍ، فَإِنِ اسْتَمْتَعْتَ بِهَا اسْتَمْتَعْتَ بِهَا وَبِهَا عِوَجٌ، وَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيْمُهَا كَسَرْتَهَا وَكَسْرُهَا طَلاَقُهَا
“Sesungguhnya wanita itu diciptakan dari tulang rusuk sehingga ia tidak akan terus-menerus lurus kepadamu di atas satu jalan. Jika engkau bernikmat-nikmat dengannya engkau bisa melakukannya, namun padanya ada kebengkokan. Jika engkau memaksa meluruskannya engkau akan mematahkannya. Dan patahnya adalah talaknya.” [5]
Melamar Pujaan Hati
Sebelum janur melengkung si ‘dia’ pun boleh dimiliki oleh orang lain. Untuk itulah jika kita telah mantap menentukan pilihan hati kita, maka segerah meminang si ‘dia’, agar tidak berpindah ke lain hati. Kabarkanlah kepada ke kedua orang tua kita untuk menyampaikan maksud hati kita bahwa kita telah mempunyai pujaan hati nun jauh disana (tapi dekat di hati) atau mungkin dekat di mata untuk melamar dan menjadi isteri kita. Bagi perempuan, sudah tentu menyampaikan maksud hati adalah memohon kepada kedua orangtua untuk segera mendesak pihak ‘lelaki’ agar melamar diri kita dan menjadikan pujaan hati sebagai suami terkasih.
Dalam hal ini Al-Haidts menjelaskan:
Ketika melangkah ke dalam masalah ini, ada baiknya membicarakan tata cara perhelatan pernikahan antar keluarga, agar dapat tercapainya suatu kesepakatan dan kebersamaan dalam hal penyelenggaraan pesta pernikahan nantinya. Faktor perbedaan adat istiadat akan dapat dipertemukan dalam satu kesempatan musyawarah antar keluarga, yakni keluarga mempelai pria dan keluarga mempeleai wanita.

Adat istiadat orang Jawa jelas berbeda dengan adat istiadat orang Sumatera; apalagi adat istiadat orang Kalimantan, Sulawesi dan Irian.

1 komentar:

Darah Jihadku Pembersih Dosa-Dosaku


Ya robbi…..
Telah kudengar dibelahan bumi sana
Saudara-saudaraku telah turun ke medan jihad
Sedang aku masih disini..
Masih berfikir dan berfikir…
Bagaimana cara hamba hadir kesana
Sementara disini….penguasa di negeri ini, juga terdiam
Termangu….cuma bertopang dagu..
Tak melakukan apapun untuk saudara-saudaraku disana
Tuk memberangkatkan hamba kemedan jihad
Bersama memerangi kaum kufar dan munafiq
Ya robbi….
Hati ini sudah rindu sekali tuk berangkat jihad
Memanggul senjata, menyongsong maut…
Demi menegakkan kalimatmu yang agung…
Yang sering kuucap dikala sholat
Lima waktu dalam sehari
Sungguh aku rindu panggilan jihad
Sungguh kuingin tumpahkan darahku di bumimu yang luas
Ingin kubuktikan setiap kalimat yang sering kudengar
WAJAHADU FISSABILILLAH BI ANWALLIKUM WAANFUSIKUM
JIHADLAH KAMU DENGAN HARTA DAN JIWA KAMU
Robbi…..hamba sadar itu….hamba ingin itu…..
Hamba ingin memeluk bumimu dengan darah segarku
Yang bisa kudapatkan hanya di medan jihad sesungguhnya
Di Yaman, di Somalia, di Afghanistan, di Pakistan..
Juga di Suriah dan Myanmar….
Atau dimanapun di negeri yang sedang dipenuhi mujahid-mujahidmu
Bagi hamba tak pernah menolak dan ragu…..
Wahai para calon syuhada…..
Wahai ikhwan dan juga akhwat..
Mari kita songsong medan jihad
Mari kita tumpahkan darah segar kita dimuka bumi manapun
Peluk dan raihlah ridho Illahi….
Tinggalkan segala urusan dunia yang penuh tipuan
Hadapkan wajah kita ke bumi jihad Pakistan, Somalia, Yaman, Afghanistan
Juga Suriah dan Myanmar…
Ya Robbi….
Kuingin darah segarku yang tertumpah sebagai penghapus dosa-dosaku…..
Hanya ini yang aku mau……bukan yang lain…
Sedikit saja darah ini menetes…..
Hamba berharap bisa menghapus sedikit dosa hamba
Bisa menyeka debu-debu dosa hamba….
Bisa melunturkan kotoran dosa-dosa….
Hanya ini Ya Robbi….yang kurindu…yang kumaui….

Depok Jaya, 16 Ramadhan 1433/4 Agustus 2012 (Pukul 11:13 WIB)
Kupersembahkan untu keluargaku tercinta
juga ikhwan dan akhwat terkasih.

Blogger news